Tuesday, April 20, 2010

untukmu yang ku anggap teman...

buliran air mata mengiringi jemari mengetik tulisan ini, sungguh, hatiku pedih, dan Tuhan tau semua itu... bayangan canda tawa, tangis, keakraban, bergentayangan dalam ingatanku, seumpama sebuah filem yang diputar dengan sangat cepat, segala apa yang kita pernah bagi, segala yang buruk dan yang manis... hatiku dingin mencemaskan itu semua akan hilang, percayalah, aku menyayangimu...lebih dari yang kau tau dan yang kau mau tahu...

andai saja kau tau apa yang sebenarnya telah terjadi sepninggal mu disini, andai saja kau tahu betapa mereka telah menganggap mu tak lebih berharga dari sampah, hina dina, dan nista, seandainya kau ijinkan hati nurani mu untuk mengendus apa yang mereka rasakan padamu, seandainya saja kau mau punya sedikit perasaan terhadap anggapan mereka padamu, dan membiarkan logikamu memberi mu alasan bahwa betapa wajarnya sikap mereka tersebut ditujukan padamu, tentu semua tidak akan seperti ini, dan tentu aku tak perlu melakukan hal ini padamu, karena Tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...

tapi tidak!!! kau tak memakai nurani mu untuk sekedar tau apa yang mereka rasakan padamu, kau memblokir semua logikamu untuk tau bahwa betapa wajarnya sikap mereka padamu, kau menganak tirikan logikamu, atas nama "perasaan" yang selalu menjadi pembenaran atas setiap tindakanmu, tanpa peduli norma, tanpa peduli bahwa orang lain juga punya hal yang namanya "perasaan"... sehingga kau selamanya tidak menyadari atau menolak menyadari bahwa kau telah salah, maaf harus mengatakan ini, ini semua karena Tuhan tau aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...

sesunggukan tertahan menemani jemari mengetik rasa ini, seandainya saja kau menyadari betapa dengan putus asanya aku telah memberimu sinyal2 yang sedemikian halusnya akan kesalahanmu, entah karena terlalu tak tega mengkritikmu yang notabene adalah manusia yang tak pernah menganggap kritik itu sebagai salah satu wujud kasih sayang...boleh saja kau membantah hal itu, tapi pengalaman bersamamu telah memberiku lebih dari cukup pelajaran bahwa memang kau tak bisa di krtitik, dan itu menyulitkanku menyadarkanmu. Ingat kah kau manakala ada seorang teman yang mengingatkanmu untuk tidak mementingkan organisasi dan fokus pada study?? bukankah itu kritik yang baik dari seorang teman??? dan sesungguhnya respon yang kau berikan sungguh mengecewakanku, kau datang padaku dan terisak, dan mengatakan bahwa kau tahu jalanmu, lalu kau membuat ilustrasi yang entah bagaimana caranya membuat si pemberi kritik itu menjadi tokoh antagonis??? kalau saja kau cukup bersedia membiarkan nurani mu mengintip jendela hatiku, kau akan tahu kalau disana ada rasa miris, betapa kau tak tahu betapa teman2mu menyayangimu...

keliru jika kau anggap teman2mu baru menyayangimu pada saat mereka melontarkan pujian padamu, sahabatku, tak semua yang kau lakukan itu benar, bahkan bisa dibilang kau melakukan kesalahan fatal,,, sangat fatal... ada hati anak kecil yang terluka, ada orang di seberang sana yang terluka lantaran terlalu mendewakan perasaan, lupakah dirimu bahwa orang lain juga punya perasaan???

pertemuan terakhir denganmu membuatku tak tahan untuk tidak menghentikan ini, kalau saja kau baca raut wajahku waktu itu, aku ngeri mendengar dirimu berkata bahwa tak ada salahnya perbuatanmu itu...,jiwa ku bergolak, marah, kecewa, sekaligus prihatin.. bagaimana bisa kau begitu tak bernurani... bagaimana bisa kau menganggap semua itu hal yang wajar.... aku ingin teriak padamu saat itu juga, tapi karena terlalu mengenalmu aku tahu hal itu sia2. kau akan kembali seperti itu lagi, memang belum tapi baik aku, kamu, dia, dan juga mereka tahu apa yang lambat laun akan terjadi, dan semuanya terulang lagi... dan Cukup!!!! aku muak, aku marah!!! hanya saja kau tak tahu apa yang telah kau timbulkan, sahabatku, kondisi sepeninggalmu perlahan membaik, tak ada lagi ketimpangan sosial yang terjadi, dan kau tahu??? betapa terkejutnya aku saat tau betapa ternyata mereka sangat bersyukur kau tak ada, tahukah kau hatiku sangat sedih untukmu, itu menjelaskan betapa selama ini mereka membencimu,... tapi apa dayaku, kawan?? logikaku mengatakan itu sangat wajar setelah apa yang kau lakukan terhadap mereka...

pikiranku berkecamuk,.. naluriku mengendus kesalahan yang sama akan terulang lagi, dan aku marah, frustasi oleh pikiran yang kian tumbuh menjadi liar,... dan aku tidak sendiri,, rupanya apa yang ku takutkan juga di rasakan oleh mereka, jadilah hal ini terjadi, sahabatku,... jadilah semuanya terungkap... maaf kalau harus dengan cara seperti ini, tapi seperti yang sudah ku jelaskan padamu, aku putus asa bagaimana mencegahmu, karena kau, seperti yang aku kenal, akan punya seribu satu alasan untuk membenarkan prilakumu, kau tak bisa membantahku untuk sifatmu yang seperti itu, karena kau tahu bahwa itu benar... maaf harus seprti ini, semua karena yang selalu kukatakan, tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu....

2 comments:

Diah Alsa said...

who's the person Rin?
man or woman??

Suthe Zakaria said...

Well Rin.. your writing is surprising me much! Are you ok? do you have problem with your best friends?hemm..

A friend is a mirror for us.,

wish all the best for you sis.
U really know best things to do :)