Monday, August 23, 2010

Sejumput kisah ketika masih SMP

Hatiku sedikit berdesir ketika membaca salah satu postingan temanku si Diah tentang masa2 SMPnya. tanpa ketok pintu pun kenangan2 itu berebut memenuhi fikiranku, sedikit mengaburkan layar monitor komputer di depanku, dan menyayupkan suara2 disekitarku. Begitu kuatnya desakan itu mengggodaku, hingga hatiku pun menyerah dalam cumbuan indahnya masa SMP. Tanpa buang banyak waktu, kutarik mesin waktuku. ku nyalakan meisnnya, ku ketik password, dan ku masukkan tahun 1996. Yes, kisah ini bermula pada tahun itu... siapkah kalian kawan??? inilah kisahku, here we goooooooooooo.....(semoga kau mendengar deru angin yang melesat cepat...)

1996
"hup!!" kita mendarat dengan selamat, kawan. tepat didepan rumahku yang sederhana itu. Waktu itu masih ada pohon jambu putih disamping rumah yang terus menerus berbuah, terus menerus memanjakan kami, terus menerus mengundang burung2 kecil untuk bernyanyi. Dia tidak keberatan didahannya bergelantung ayunan buatan bapakku yang sering ku kendarai dengan ugal2an. Dia begitu baik hati, kawan. Ah, indahnya...

"Sssstt.. jangan sampe ketahuan, yah.. ntar bisa merubah sejarah.. (wkwkwkwk...)

Tampak si Ririn kecil dengan tas ransel usang warna merah yang bergambar batman berseragam putih merah baru saja pulang dari sekolah. DIa tak bersepatu (bukannya tak punya sepatu, tapi sepatunya dia lepas saat pulang sekolah. Ini kebiasaan yang selalu dilakukan bareng teman2nya ketika musim hujan tiba. Yah, berbecek2 ria adalah hobi mereka saat itu. Boreng2 dikakinya pun menjadi saksi semua itu.

"assalamualaikuuuuuuummm" teriaknya dengan suara cempreng
"walaikum salamm" jawab si mama
"ma, saya mau masuk SMP 1, boleh ya?" si Ririn kecil bertanya tanpa pernah tahu SMP 1 itu yang mana dan kayak bagaimana. Yang dia tahu kakak kelasnya pada ingin masuk kesana. (ikut2an mode: ON)
"boleh aja sih, tapi bisa gak kamu masuk kesitu? gag sembarang lho yang bisa masuk kesitu. Lagian kamu kan masih kelas lima, nak. sekolah kamu juga kalo tidak salah bukan rayonnya SMP 1" (waktu itu sistem rayon masih berlaku)
"biar aja, Ma. Yang penting saya mau sekolah disitu. Kalo gag disitu gag mau sekolah"
"MM.. terserah kamu saja deh"

Seminggu setelah itu, sang mama pun membawa kabar yang sempat membuat dunianya yang damai, mengalami gempa. Kata sang mama dia mau dipindahkan ke sekolah baru. Yaitu di SDN 25 Kemaraya Kendari. Dengan panik dia mengingat2 kesalahan apa yah yang sudah dilakukannya Di SDN 2 MAndonga (sekarang namanya jadi SDN 8 MAndonga) sampai harus dikeluarkan dari sekolah. Seingatnya terakhir kali di marahi guru waktu berantem sama teman sekelas, tapi kan itu dah beberapa bulan yang lalu. Lalu dia teringat pr2 yang tak dikerjakan, tapi masa sih karena itu. Kan biasanya kalo gag kerja pr, paling kena jewer guru atau dijemur di tiang bendera. Atau karena kedapatan coret2 tembok? bukan cuma dia kok yang begitu, lalu apa ya?

"kok bisa, ma?"
"lha, kan kamu yang mau"
"saya?" (menunjuk hidungnya yang gag mancung)
"iya, kan katanya kamu mau masuk SMP 1? gimana sih?"
"emang harus pindah sekolah, ya?"
"iya. SD kamu yang sekarang bukan rayonnya SMP 1"
"Kapan pindahnya, Ma?"
"Senin Depan"

WAduh, ini kan hari kamis, berarti.... Tinggal 2 hari lagi waktunya disekolahnya yang sekarang. Si Ririn kecil lalu masuk kekamar, menangis diam2. Tiba2 kok semua teman2nya langsung terlihat baik semua, musuh2 kecilnya berubah jadi gag jahat lagi dimatanya, oh betapa ternyata dia menyayangi segalanya di sdnya yang sekarang. Kok rasanya, masa berantem dengan si Serly begitu tak ingin dia tinggalkan, berbecek2 ria dengan temannya dikala hujan, menangkap berudu2, semuanya begitu indah, semuanya begitu berkesan...

Tapi, si Ririn kecil sudah bertekad untuk sesuatu yang bahkan dia gag kenal. Dia akah hadapi perpisahan itu. Dua hari yang tersisa dia pakai untuk pamit ke temannya dan berusaha menciptakan akhir yang indah... (semua memang terasa indah, karena teman2nya pada gag rela dengan kepindahannya. Itu bukti bahwa mereka telah melalui hari2 bahagia bersama)

Si ririn kecil pun melewati setahun di sekolahnya yang baru, bersama teman2 baru yang sangat jauh berbeda. Kalo di SDnya yang lama teman2nya bersikap layaknya anak2 sd, di sekolahnya yang baru sama sekali lain. Teman2nya pada imut tapi boros di fashion. ANak kelas 6 Sd sama saja dengan anak SMP kelas 3. Mereka pun dah mulai kenal Pacaran, OWEMJEYYY... kalo di SDnya yang dulu mereka megoleksi wayang, baju2, maka disini teman2 barunya mengoleksi kertas surat, stiker2 tweety, winni the pooh yang cantik, dan juga PARFUM! Mereka juga sudah pakai BEHA lho! benar2 potret mini dari SMPN 1 Kendari. Si Ririn kecil yang "anak kampung" itu pun terhenyak, rupanya dia memang belum mengenal apa yang dia mimpikan...

Setahun berlalu, dan berkat usahanya, dia berhasil masuk di sekolah favorit itu. Ospek pertama pun menyambutnya. Dia terbelalak menyaksikan keganasan senior2nya. sekaligus terpesona pada kepintaran dan kecantikan serta kegantengan mereka. Mereka tampak berwibawa, dan memiliki aura pembunuh (hehehe). Satu persatu disaksikannya teman2 sdnya dibantai habis2an karena kesekolah memakai rok mini, dan di rambutnya bergelayut aneka aksesoris yang bikin iri panitia ospek, di kakinya terpasang sepatu yang harganya cukup buat jajan setahun. Semuanya disita oleh mereka. katanya Kalau kesekolah gag boleh bergaya! Si RIrin kecil terdiam iba melihat derita sekawanannya.
Dia prihatin melihat satu persatu jepitan mickey mouse, winnie the pooh, dan tweety itu terenggut. PAdahal, ketika melakukan hal itu, rambut si kakak kelas pun peuh dengan aksesoris serupa.

Seminggu di ospek ternyata tidak hanya berisi cerita miris, Si RIrin kecil juga mendapati dirinya bahagia dalam masa itu. Matanya dimanjakan oleh wajah2 kakak kelasnya yang kinclong abis. Perpaduan kepintaran, ketajiran, dan kegantengan. Mmm.. si Ririn Kecil naksir salah satu dari mereka, hwhww

Ospek berakhir, kekerasan panitia berakhir, dan saatnya penentuan masuk kelas yang mana. Untuk itu diadakan tes kemampuan. Dari pengumuman di tiap kelasnya si Ririn kecil mengetahui bahwa dia di kelas 1.2, dimana yang jadi kelas unggulan adalah kelas 1.5. DAn itu artinya, dia akan bersama dengan teman2 dari kasta yang termsuk rendah di bidang otak, hehehe tapi tak mengapa, yang penting mimpinya telah terwujud, jadi bagian dari SMP 1 Kendari.

Atmosfir di kelas itu lumayan menyenangkan. Dengan cepat si Ririn kecil mendapatkan teman. Tapi tak semua bisa menjadi teman. Sudah jadi rahasia umum kalau di SMP 1 ini tempatnya anak2 yang ortunya tajir abis. Salah satu teman kelasnya adalah Werika alias OKI yang notabene anak walikota pada waktu itu. Oki orangnya supel, baik, cuek dan cengengesan. Dia juga tak pilih2 teman. lalu apa masalahnya? masalahnya adalah, orang2 yang ingin berteman dengannya itu. Mereka, sesama anak pejabat tak senang jika bergaul dengan orang dari kasta yang tak sepadan. Jadilah terdapat tiga tingkat kasta pada kelas itu, dan juga kelas2 lainnya, high, midle, and lower class. Si Ririn kecil belongs to midle class.

hari2 yang dilalui penuh dengan kisah2 seru. Layaknya sebuah cerita, selalu ada tokoh antagonis dan protagonisnya. Dan karena yang menulis blok ini adalah RIrin yang dah besar, maka semau2nya lah dia menjadikan Si RIrin kecil sebagai tokoh protagonis, dan Si A** sebagai tokoh antagonis (sebenarnya kecil banget kemungkinannya si A** baca postingan ini, tapi biarlah namanya kusamarkan, biar kesannya lebih gimanaaa gitwuu,, hehehe).

jadi dikelas itu memang si A** paling nyebelin sedunia. Suka menghina, suka pamer, padahal ortunya gag tajir2 amat. semua agak takut cari masalah sama dia. Tapi temen2 sering sekali menggosipkan dia dibelakang. Si A** dulu ketahuan suka sama seseorang yang si Ririn kecil juga suka namanya i***. Hanya saja Si Ririn pintar menutupi perasaannya dia. Jadi ceritanya, suatu hari, si A** rupanya nekat mengirim surat sama si I***, dia menaruh suratnya di laci meja sebelum orang2 pada apel, nah si Ririn yang doyang banget telat ini, kebetulan datang belakangan. Dia berlari masuk kelas untuk menyimpan tasnya. Tapi pas nyimpen, ada amplop yang jatuh dilantai. refleks aja dia ngambil, dikiranya surat sakit dari temannya, tapi gambar mickey mouse di amplop itu bbercerita bahwa itu pasti bukan surat sakit. Tidak satupun surat sakit dikirim dengan amplop bergambar mickey and minny mouse sedang berciuman. Karena curiga, Si rirn menyelipkan amplop itu ke dalam saku roknya.

Sepulang sekolah, si Ririn kecil dan sahabatnya yang bernama Veby membaca surat tersebut dan menemukan bahwa itu surat cinta dari si nenek sihir A** kepada si Prince Charming I***. Seketika, terciptalah skenario balas dendam. Besoknya si ririn kecil yang jarang sekali bangun pagi, dah nongol di kelas pada jam 6 teng. Masih belum ada satu siswapun dikelas 1.2. dengan sigap si Ririn kecil lalu menempelkan surat cinta monyet tersebut di papan tulis. Ya, di papan tulis, lalu dia meninggalkan kelas tanpa menyimpan tas sekolahnya. Dia tidak mau meninggalkan jejak. Tetapi ketakutan menghantuinya dengan kuat. Tanpa babibu, dia kembali ke kelas dan mencopot kembali surat itu. Diletakkannya surat itu di tempat seharuanya ia berada. Di laci meja I***. Hufff

Apa yang terjadi kemudian adalah si I*** marah sambil membentak2 si A**. Dia marah karena merasa malu, hihihi... seisi kelas menertawakan A**. Tindakan si I*** mengobati luka banyak orang, Si Ririn kecil diantaranya, hehehe... Vebi dan Ririn bertukar pandang bahagia.

Naik dikelas dua. Kelas 2.4. dimana yang jadi kelas unggulan adalah 2.3, disusul 2.6, lalu 2.2, lalu 2.4, lalu 2.5 lalu terakhir 2.1. Ririn rupanya tetap berjodoh dengan A** dan veby, tapi tak lagi berjodoh dengan I***. Dan rupanya cinta monyet ririn untuk I*** memudar seiring waktu. Bersamaan dengan munculnya sosok baru yang diam2 dikaguminya bareng veby. namanya J***

Naik kelas tiga, pun ternyata masih berjodoh lagi sama A** dan masih berjodoh dengan veby. masuk dikelas 3.2 dimana kelas unggulannya 3.6. Tidak banyak cerita yang terlalu menarik perhatian sampai dia datang.kalau sebagian orang merasa prihatin dengan kasus kerusuhan Ambon, tidak bagi Ririn Remaja. Baginya Peristiwa itu membawa berkah untuknya. Yah, karena insiden berdarah itulah yang membawa dia ke kota ini. Dia mengungsi di Kendari bersama keluarganya. Namanya H****. Tinggi menjulang, baik hati, cool, jago main bola, pokoknya dia memenuhi semua kriteria cowok2 dalam komik. Dan, si Ririn Remaja jatuh cinta. Cinta yang sangat dalam dan lama. Bahkan sampai aku masuk universitas pun, belum ada yang mengalahkan kilaunya.

--------------------------------------------------------------

Aku tahu postingan ini panjang kawan, tapi biarlah aku bernostalgia dengan kenangan masa SMP yang mengesankan ini. Yang bisa aku ceritakan adalah hari2 di SMP begitu menyenangkan, penuh warna, dan meskipun ceritanya complicated, endingnya selalu bahagia. Takkan terlupakan hari2 yang selalu di setrap satpam lantaran terlambat, (aku dikenal satpam lantaran seriiiiiiing banget terlambat, hehehe) hari2 menjadi pengagum rahasia, hari2 berebutan jajan di kantin, semuanya bahagia....

thx for diah, atas undangannya mereguk lagi madu kenangan ini, dan maafkan aku yang tak tahu bagaimana caranya mentag dirimu, hehehehe.. you get your new task, teach me tagging people, hehehehe...

Thursday, August 19, 2010

Anak Itu...


Kurus, hitam, lumayan dekil, monyong, giginya banyak yang bersusun, jarang mandi, hobi main bola, keluyuran gag jelas di siang bolong, cerdas, Terkadang baik hati, Seringnya NYEBELIN, punya tabiat manja yang sedikit tersamar, ahli waris dari sikap tempramen yang jadi ciri khas keluarganya, punya hobi bikin naik tensi gw.

June 1st 1995
gw dikabarin sama orang rumah kalo anak itu dah nongol di bumi, bergabung di tengah keluarga gw. gw gag langsung nanya gimana keadaan si ibu yang ngelahirin, coz cuman dari mimik mukanya si pembawa kabar, gw tahu ibu itu baik2 saja. yang gw ingat pertanyaan yang gw lontarkan. "cowok atawa cewek?" si pembawa berita berkata dengan mgirang, "cowok". hati gw pun bersorak riang, yess!!!! akhirnya ada spesies beda dari jenis kelamin sodara2 gw sebelumny. tapi "riang" itu gag datang sendiri, dia bawa temen jg. Namanya "jelaous". walopun gag pernah gw undang tuk bercokol dibenak gw. MMm... semacam ada alrm yang berbunyi di otak gw "jangan2 nih anak bakal nyedot semua kasih sayang pace mace, lagi"...


Several months later...
Dia lucu, ngegemesin, bisa jadi bahan tontonan berjam2...
dia bau bayi banget...

seven years later...
Dia mulai masuk sekolah, bajunya putih banget, celananya n topinya merah banget, kulitnya hangus banget...


Pembagian raport, mmm maybe june 1998
Pace mace pulang kerumah dengan sumringah, anak itu katanya dapat juara dua, nilainya cuman beda sesilet dua silet sama yang juara satu.
Gw bangga...


Days with him...
Anak itu makin matang aja bakat "Nyebelinnya". dia gag perlu usaha banyak untuk bikin gw sebel. Cukup hadir di depan gw aja, dan gw pun jadi sebel. Just so simple. gag tau dia ato gw yg salah. Yang jelas, masa2 dimana dia pernah jadi begitu lucu, tergerus sudah oleh jaman. Masa2 gw gemes ama dia sudah punah tanpa meninggalkan fosil. Dia tumbuh, gede, cerewet, nyebelin makanya sering bgt gw tindas, dan cerdas.


several days before today...
Anak itu datang ke gw. ada lebam di hidungnya yang gag mancung (ciri khas keluarganya). Gag cuman disitu, tapi di matanya -yang kalo menurut gw sih, punya sinar yang gimana gituuu- juga ada. Bagian yang lebam itu berwarna merah, menjanjikan akan berubah jadi ungu kalo gag segera di handle.
"knp bisa gini?" kata gw
"berantem"
"kok bisa?"
"dia duluan"
"kok, banyak bgt yg gag suka sama kamu y?"
"....."
"mestinya ini bisa bikin kamu berpikir, apa yg salah sama kamu, kok kayaknya semua orang pada naik tensi kalo kamu muncul"
"....."
"mudah2n bis ini kamu coba deh, untuk jadi gag nyebelin lagi"
"....."
"paling tidak, jangan lakuin yang orang gag suka"
"........"
"kamu kenanya bagian mana aja?"
"... (telunjuknya mengarah ke hidung, mata, kepa, n perutnya)..."
perbincangan yang makin lama makin jadi perbicangan satu arah itu pun berakhir seiring selesainya dia di kompres dengan air hangat.


two days ago...

dia dah jarang keluar rumah. Tingkah nyebelinnya sudah berkurang 80%. Ngaji jadi kegiatannya hampir sepanjang hari. Emosi gw: STABIL


Tadi Pagi...
Dia mo minjem notebook buat nonton pilem kartun. gag gw kasih. Alasannya gw gag tau. Dia manyun. Gw melamun. Entah mengapa, selalu ada yang kurang pas aja kalo sama nak itu. selalu ada yang salah, walo gw sendiri gag tau apa. Kayaknya kalo menindas dia itu selalu "benar" menurut gw. Hufffft...

a hour ago...
gw flashback lagi, ingatan gw berlari kencang pada hari dimana dia lahir, sampe sekarang. Dan akhirnya kesadaran itu datang juga. gw teringat sebuah buku dongeng. judulnya "Winnie the Witch". Kisah dimulai dengan Winnie yang tinggal di rumah serba hitam. Dari mulai dinding sampai seprai... semuanya hitam. Winnie hanya ditemani seekor kucing bernama Wilbur—yang juga hitam. Satu-satunya yang bisa membedakan Wilbur dari ruangan dan seluruh isinya adalah matanya yang hijau. Begitu Wilbur tidur dan kelopak matanya menutup, maka ia hilang menyatu dengan rumah. Berkali-kali Winnie menduduki Wilbur secara tak sengaja. Dan itulah awal dari segala permasalahan antara Winnie dan Wilbur.


Setelah terjungkal dari tangga karena menyandung Wilbur yang sedang terlelap, Winnie lalu memutuskan untuk menggunakan sihirnya, dan… ABRAKADABRA! Wilbur berubah menjadi kucing hijau. Sekarang, di mana pun Wilbur berada, ia selalu terlihat. Termasuk saat Wilbur mencuri-curi tidur di tempat peraduan Sang Penyihir. Karena tidak mengizinkan Wilbur tidur di kasur, akhirnya Winnie meletakkan Wilbur di pekarangan rumput.


Masalah baru timbul. Wilbur, yang sekarang berwarna hijau, kembali tak terlihat di tengah-tengah rumput. Bahkan saat ia membuka mata sekalipun, berhubung matanya juga hijau. Winnie, bangun dari tidurnya, lantas mencari Wilbur di pekarangan. Lagi-lagi, penyihir itu tersandung kucingnya sendiri, jumpalitan tiga kali di angkasa, dan tersuruk di tanah.

Kali ini, Winnie benar-benar kesal. Disambarnyalah tongkat sihir, dan… ABRAKADABRA! Wilbur berubah menjadi… warna-warni! Kepalanya merah, kupingnya kuning, kumisnya biru, badannya hijau, empat kakinya berwarna ungu, dan ekornya... pink! Winnie sangat puas. Sekarang, di mana pun Wilbur berada, baik di rumah maupun di pekarangan, ia pasti akan terlihat.


Namun, Wilbur tidak mau kembali ke rumah. Ia sangat malu dengan warna tubuhnya yang tidak karuan. Ia bahkan ditertawakan oleh binatang-binatang lain. Wilbur kabur ke puncak pohon tertinggi dan tidak mau turun-turun. Pagi sampai malam, Wilbur bertahan tidak pulang.


Melihat Wilbur yang menderita, Winnie pun merasa sedih. Wilbur adalah segalanya bagi Winnie. Tapi ia malah membuat Wilbur sengsara karena kehendaknya sendiri. Winnie akhirnya beringsut ke pohon tempat Wilbur bergantung, dan dengan tongkat sihirnya ia mengubah Wilbur kembali hitam. Perlahan, kucing itu kembali turun ke tanah. Bersama Wilbur yang kembali di sisinya, Winnie menghadap rumahnya yang serba hitam, mengayun tongkat sihirnya di udara, dan… ABRAKADABRA! Rumah hitamnya berubah kuning dengan atap merah menyala, sofanya berubah putih, karpetnya menjadi hijau, tempat tidurnya biru, selimutnya pink, dan kamar mandinya putih berkilau. Dengan perubahan baru ini, Wilbur dapat terlihat dengan mudah… tanpa perlu berubah.


Now...
Gw lalu mikir kalo sebenarnya gw terlalu bersikukuh untuk ngubah dia. memermak dia biar sempurna buat dimata gw. Tanpa gw peduli dia tersikasa atau tidak. Celakanya gw juga gag tau pasti apa yang mesti dia rubah. Pokoknya yang gw tau dalam logika gw, gw ngerasa sedang berbuat kebaikan dengan make "topeng cinta dan care" sebagai pembenaran.

Buku 32 halaman itu selesai didongengkan dalam sepuluh menit. Namun kesan yang tertinggal tak terukur oleh waktu. Winnie mengingatkan saya pada kita semua. Kita, yang seringkali bersikukuh untuk mengubah seseorang, memermaknya agar sempurna di mata kita, memaksanya agar muat dan tepat dalam ruang hidup kita, memangkas atau menambalnya agar bisa pas dengan kebutuhan kita, tanpa peduli bahwa apa yang kita perbuat sesungguhnya adalah siksaan bagi yang bersangkutan. Dalam penjara logika dan mental kita masing-masing, kita berpikir bahwa mengubah seseorang adalah solusi yang realistis dan humanis. Atas nama cinta dan apa pun, kita bahkan merasa bahwa kita sedang berbuat kebaikan.

Namun Winnie Sang Penyihir mengingatkan gw bahwa ada satu hal penting yang sering terlupa: diri gw sendiri. Perubahan tak pernah terjadi oleh hal lain di luar gw, Seperti halnya Winnie yang luput membenahi rumahnya dan malah sibuk mengutak-atik Wilbur tanpa sadar kalau aneka sihirnya malah membuat Wilbur terdera karena menjadi sesuatu yang bukan dirinya, gw pun acap kali terlena dalam ekspektasi serta upaya untuk mengubah orang lain, dan malah lupa dengan pembenahan yang paling penting dan realistis yakni, sekali lagi, diri gw sendiri. Dan ini adalah masalah yang amat sering kita alami. Dari waktu ke waktu.


Detik ini....Sekarang
Gw klik poting entri tentang dia.Di akte kelahiran namanya Imam KUrniawan, tapi sekeluarga kompak manggil dia ACO.

Saturday, August 14, 2010




aiiihh...

goresan penamu tajam menyayat, kawan

mengapa tak berhenti sejenak menikmati secankir teh hangat?

makin tambah saja kerutan diwajah elokmu

mengapa tak berpaling sejenak demi menghirup lagi angin sore ini?

katamu waktu trus berjalan, tak salah kawan, tak salah

katamu keringat bercerita banyak, aku mahfum, kawan

tapi yang tersaji ini terlampau mempesona

kemarilah, kawan, hentikan sejenak langkahmu karena terlalu banyak yang kita lupa syukuri

semisal bercumbu lagi dengan warna langit sore ini, seperti dahulu, di masa itu...

*Ririn Syahriani*

Monday, August 09, 2010

lukisan dibawah lukisan



meliuk-liuk serupa janur kuning

ujung jemari menyentuh telaga

tak singkat waktu ku sulap untuk mencari

memoles lukisan dengan lukisan baru

dengan tak sombong tangan takdir menarik diriku untuk berhenti kepakkan sayap

bagai karang ku berdiri

kusangka ku takkan tersentil

kusangka ku takkan tertohok

lukisan diatas lukisan perlahan memudar

ku torehkan lagi kuasku padanya

ku tambah lagi nyawa padanya

semoga pencarianku tak lama lagi usai.


*Ririn Syahriani

Saturday, August 07, 2010

membacanya,,,,,,,, membacamu,,,

menari bersamanya

melebur dalam nadimu

tak berdaya pikirku menyerah tak bersyarat

hanya bisa hanyut dalam tuntunan rasa

mengalirku memahami denyut nafasmu

terhanyutku pada arus mu

seribu takjubku pada kekayaan pribadimu yang maha

rindu padamu mendera, mengimpit segala ego

pekik harmoni menyentak harapku

warna warni mu menari didalamku

selalu tentangmu, selalu dirimu

dan membacanya, membacamu

sayangku...