Monday, November 12, 2012

Happy Graduation Day, Bang Ridwan...

   
Assalamualaikum Wr. Wb.

Seharusnya cerita ini saya posting dua hari yang lalu, Sabtu, 9 November 2012. Hari itu adalah hari istimiewa yang sangat ditunggu-tunggu oleh yang mengaku dirinya mahasiwa. Yup! Graduation day. Mahasiswa mana yang tidak menginginkannya? Hari itu adalah hari dimana manisnya perjuangan selama masa-masa kuliah terbayar. Tak ada warna lain selain haru bahagia yang menghias wajah para wisudawan dan para pendamping. Begitupun, Bang Ridwan and his families...

Bang Ridwan and Mbak Eka



Memimpin di barisan terdepan wisudawan, melangkah pasti, dan tersenyum sumringah, Bang Ridwan mantap melangkah menjemput kebanggan itu. Dia tidak menyadari bahwa hampir dari kami yang merelakan tidur pagi kami hari itu demi menyelamatinya seawal mungkin, telah tersihir akan kaharuan yang terasa pekat. Kami sekali lagi menjadi saksi atas pembalasan Allah terhadap hambanya yang tak pernah berputus asa atas kasih sayang dan janjiNya. Api dalam sekam hati kami terbakar sudah. Masing-masing fikiran kami melaju menerjang ruang dan waktu, membayangkan kamilah yang ada ditempat Bang Ridwan berada, berbalut Toga menuju altar pengukuhan kami sebagai Master. Ya Rabb, beri aku kekuatan dan keuletan yang sama untuk mewujudkannya, amiinn....

Bang Ridwan ini adalah teman mahasiswa Pasca Sarjana UMS yang mengambil jurusan Magister Hukum. Meski kami berlainan jurusan, kami cukup saling mengenal. Mungkin, banyak kesamaan karakter antara Orang Bima dan Sulawesi adalah perekat perkawanan kami. Bahkan, menurut Bang Ikhlas, yang juga orang Bima, nenek moyang orang Bima adalah orang Makssar. Jadi wajar saja, ada semacam pertalian psikologis yang mengikat kami. Namun, adalah ibu Riz yang membuat kami kian dekat. Ibu Riz sendiri adalah orang Jawa Timur yang merupakan junior Bang Ridwan di Fakultas Hukum UMS. Beliau merangkul kami, orang Sulawesi dan Bima dalam beberapa acara kumpul-kumpul. Bermula dari rumah Ibu Riz, sampai ke Tawang Mangu.

Bang Ridwan menjadi inspirasi bagi kami tidak lain karena kejeniusannya. Ketajaman analisis hukumnya telah memesona para guru besar di Fakultas Hukum UMS. Pemikirannya yang original dan unik  memberinya free tiket untuk menduduki bangku kuliah untuk program doktor di UMS. Beasiswa full berikut tunjangan sehari-hari dan penelitian dihadiahkan kepadanya. Bahkan, dia juga diberi pekerjaan di UMS. SUngguh suatu anugerah luar biasa, karena menurut istrinya, Mbak Eka, Bang Ridwan adalah calon doktor pertama di Bima. Maka kesuskesan Bang Ridwan ini sejatiya bukan hanya kebahagiannya sendiri melainkan sukacita warga Bima juga. Terlebih Mbak Eka, yang dalam proses ini telah begitu setia dan tegar mendukung dari balik layar.

Cheeeeerrr...^^


Benarlah, dibalik sukses seorang suami, ada wanita luar biasa di belakangnya. Mbak Eka, menurtku adalah perempuan luar biasa yang telah memainkan peran vital dalam kesuksesan suaminya. Dia rela ditinggal di Bima selama hampir 2 tahun demi menghemat pengeluaran selama kuliah. Tidak hanya itu, dari tangan-tangan perkasanyalah, kebun bawang milik mereka tumbuh subur dan menjadi mesin uang bagi kuliah Bang Ridwan. Terik mentari yang tanpa berbelas kasihan telah diterimanya dengan sabar. Dia juga untuk sementara merawat buah cinta mereka seorang diri dan tak pernah mengeluh ini itu selama ini. Semua dilakukannya dengan keikhlasan tanpa cela. Tetapi bukankah tidak ada yang sia-sia di mataNya? Hari ini setiap tetes keringat yang jatuh dari tubuh Mbak Eka, menjelma menjadi berlian. Istri manakah yang tidak bahagia melihat suaminya berjalan gagah menerima penghargaan tertinggi sebagai mahasiswa terbaik? Subhanallah, sungguh Engkau memang selalu menepati janji, Ya Rab..

Ada satu lagi hal yang membuat hari ini akan menjadi salah satu hari yang masuk dalam "folder moment to remember"ku. Itu adalah moment beberapa jam sebelum acara wisuda dimulai. Malam sebelumnya kami (Ibu Riz, K rahma, Indah, Lili dan saya) telah sepakat untuk mendadani Mbak Eka agar tampak cantik mendampingi Bang Ridwan. Rencananya, pagi usai sholat subuh, Bang Ikhlas akan menjemput Mbak Eka ke rumah Ibu Riz untuk di make over. Hellow, ini hari istimwea dan tentu saja Mbak Eka juga harus tampil istimewa. Sayangnya, kehidupan desa yang keras membuat Mbak Eka kurang memperhatikan penampilannya. Tetapi dia sangat ingin menjadi cantik pada hari bahagia ini, dan kami menyambutnya dengan senang hati. Akan tetapi, sesuatu berjalan diluar rencana. Karena kepanikan mengurus suami dan mertuanya yang juga datang dari Bima khusus untuk hari itu, Mbak Eka tidak sempat lagi mengurus dirinya. Walhasil dia hanya bergaya seada-adanya. Kami yang sudah menunggu dengan tidak sabar bertanya-tanya mengapa dia belum ke rumah Ibu Riz? Aku dan Indah lalu memutuskan untuk mengecek di kampus, dan Oh Gosh!!! There she was!!! sitting beside her husband in veeeery simple make up.


K rahma, bang Ridwan, Mbak Eka, and me


Gemez, saya menuju kearahnya dan menanyakan mengapa ia tidak ke rumah Ibu Riz. Secepat dan seefisien mungkin dia menjelaskan kepadaku kronologisnya. Telepon dari Ibu Riz membuatku harus keluar gedung karena didalam sangat gaduh. Aku menjelaskan pada Ibu Riz, bahwa Mbak Eka telah berada di kampus, dan jangan tanya penampilannya. Begitu sederhana. Aku menutup telepon dengan kesepakatan bahwa, mau diapa lagi?? tidak ada yang kami bisa lakukan lagi. Tetapi, ketika berbalik hendak masuk lagi kegedung, aku mendapati Mbak Eka datang kepadaku, meminta aku agar melakukan sesuatu terhadap jilbabnya. Mungkin dia dan Bang Ridwan merasa tidak enak karena telah mengecewakan kami. Aku pun mengkalkulasi waktu. maih ada beberapa menit sebelum acara dimulai. Maka kehebohan pun berlanjut.

Aku segera menelpon Ibu Riz agar datang dengan semua "alat tempurnya". Aku menculik Mbak Eka ke Mesjid terdekat dan berusaha menyulapnya layaknya ibu peri yang menyulap Cinderella. Aku dan Lili bekerja sama membuat suatu sentuhan cantik akan penampilan jilbab Mbak Eka. Hasilnya lumayan cantik. Sayang sekali, Ibu Riz belum datang dan HP mbak Eka telah berdering. Bang Ridwan memanggilnya untuk segera ke sana. Meski kurang sentuhan Make Up, Mbak Eka sudah menjadi lumayan beda dengan yang tadi. Ketika pentul terakhir telah ku sematkan pada jilbabnya, ditambah bros cantik sebagai pemanisnya, kami melepas Mbak Eka sebagaimana melepas putri cantik ke lantai dansa.



Tim Mek ap..^^


 Rupanya, acara belum dimulai. bang Ridwan, Mbak Eka dan kawan-kawannya masih duduk di luar gedung ketika akhirnya Ibu Riz datang. Beliau lalu bertindak sebagai kurator dalam penampilan Mbak Eka dan lalu memutuskan kalau Mbak Eka harus di make up. Lalu dengan cueknya Beliau membongkar tasnya dan mengeluarkan "alat tempur" itu untuk mendandani Mbak Eka. Tangannya cekatan memainkan lipstick, bedak, blush on, eye liner, eye shadows, dan mascara pada Mbak Eka. Hasilnya sangat cantik. Orang yang konon jarang disentuk kosmetik akan terlihat sangat beda ketika memakainya. Dan itulah yang terjadi pada Mbak Eka. Cinderella kami benar-benar telah sempurna kini. Dia pun percaya diri mendekati sang pangeran yang tak bisa menyembunyikan keterpesonaanya pada wanita yang telah memberinya satu putra ini. Mereka saling senyum malu-malu seolah pertama kali saling menatap dan jatuh hati... UUUhh too twiiiiiitttt...^^.

Mc mengumumkan acara akan segera dimulai, dan para undangan dipersilahkan masuk. Meski begitu kami tetap sibuk foto2 dulu, hehehhee. Setelah puas foto-foto mereka pun masuk ke dalam gedung, menyisakan kami yang menahan haru. Selamat meraih sukses, Bang Ridwan semoga gelar baru ini barokah, amiiinn... Selamat juga untukmu Mbak Eka, keikhlasanmu telah menginspirasi kami...^^


*sayang sekali foto Mbak Eka before made over ga sempat keambil karena panik,,,


No comments: