Thursday, February 07, 2013

Another Promise from Pak Muslich...

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Ini sudah hari Jum'at, dan dua hari lagi, saya kan kembali ke tanah Jawa untuk menuntaskan apa yang telah  dengan nekat berani saya mulai sat setengah tahun yang lalu. Maka agenda saya hari ini adalah menuntaskan semua cucian untuk dibawa serta, setelah itu ke kantor imigrasi untuk ngecek pasport sudah kelar atau belum (mudah-mudahan sudaaah), memastikan semua dokumen penelitian sudah lengkap semua, dan beli oleh-oleh buat teman-teman di Solo.

Seperti yang telah beberapa kali saya ceritakan di blog ini, saat ini saya sedang mengambil master
manajemen pendidikan, program double degree hasil kerjasama antara UMS dan University of Minnesota. Skenario awalnya adalah kami akan menjalani satu tahun kuliah di Indonesia, dan sisanya di Minnesota. Segala persyaratan pun sudah saya penuhi, yakni IELTS score yang minimal 6.0, dan dokumen lainnya. Tetapi, rupanya apa yang telah direncanakan tidak dapat terealisasi sebagaimana mestinya. Keberangkatan kami, yang tadinya dijadwalkan bulan September 2012, di tangguhkan ke November 2012. Dan lagi-lagi, kesabaran kami diuji, ketika panggilan yang kami tunggu-tunggu segenap jiwa tak kunjung datang.

Sedikit kecewa dengan kurang transparannya pihak UMS terhadap program ini, membuat kami sempat putus asa dan sudah mengikhlasan hati kalau-kalau program ini akhirnya batal, padahal alasan yang membuat kami mengambil program ini adalah iming-iming akan bisa study abroad ke USA. Maka, saya pun dua bulan lalu memutuskan mudik ke Sulawesi dalam rangka melakukan penelitian. Saya berencana menuntaskan kuliah saya secepatnya selain agar bisa berkumpul lagi dengan keluarga seperti dulu, saya juga sedang mengincar beasiswa lain untuk program amster yang linear dengan S1 saya ditahun ini. Mumpung sertifikat IELTS saya belum akdaluarsa,,hehehehe.. (boleh dong maruk dalam hal ilmu,,^^)

Tetapi ketika keinginan untuk ke USA itu tidak lagi begitu menggebu, pagi ini sms dari Pak Muslich (Person in Charge in international affairnya UMS, mau tidak mau membuaka harap itu lagi. Bunyinya sms itu seperti ini:
"Dear UMS-Minnesota students who already got IELTS score at least 6.0, please text me your email address. I will be sending the application form by email"
Kuakui, ketika membaca sms ini, memang harapan saya masih ada tetapi tidak terlalu antusias seperti dulu. Entahlah, apakah saya sekarang ini terlalu cepat patah semangat atau bagaimana. Hanya saja, saat ini rasanya saya letih dengan janji. Untuk saya saat ini, kepastian itu adalah ketika tiket ke Minnesota sudah benar-benar ditangan. Tetapi, tetap kukirim juga alamat email saya pada Pak Muslich, yang lalu kembali membalas dengan sms seperi ini:

"Berikut saya tawarkan skenario untuk proses selanjunya: 1) Mahasiswa apply untuk lanjut master di Minnesota dan daftar beasiswa luar negeri DIkti; 2) Sambil menunggu beasiswa dari DIkti, mahasiswa tetap melanjutkan Master di UMS; 3)Kalau nanti misalkan sampai selesai masternya di UMS ternyata mahasiswa belum lolos beasiswa DIkti, maka aplikasi Master ke Minnesota diubah jadi aplikasi Doktor dan daftar ke beasiswa Dikti untuk program Doktor. Please have you say."
Hmm.. another promise, another hope. Seperti yang telah kuperkirakan, sms dari teman teman pun ramai berdatangan. K Badar dan K Titin bahkan sampai menelepon. Setelah saling curhat tentang rasa pesimis kami, kami akhirnya sepakat untuk mengatur pertemuan dengan beliau-beliau pihak yang berwenang di UMS. Intinya minta penjelasan sedetail-detailnya, setransparan-transparannya tentang program ini.

Dalam hatiku, memang ada secercah harapan. Mungkin ini adalah cara Tuhan menguji kesabaran saya. Sejauh mana saya tetap bisa tetap qanaa'ah. Feeling saya mengatakan bahwa mungkin master saya akan selesai hanya di UMS. Tetapi, saya tetap melihat kemungkinan bantuan dari pihak UMS untuk program Doktor itu. Pengalaman saya saat dibantu UMS dalam pengurusan beasiswa Dikti untuk BPPS tahun lalu sedikit mempositifkan saya. Mungkin, karena merasa bersalah dengan tidak jelasnya program ini, mereka berniat baik untuk membantu kami melanjutkan study ke tingkat yang lebih tinggi.

Apapun itu, saya hanya bisa manut saja sekarang. Toh saya yakin, tidak ada yang sia-sia dan kebetulan di dunia ini. Semua alur cerita telah ditulisNya dengan sangat sempurna. Saya hanya harus sabar dan ikhlas menjalani peran saya. Saya percaya, Allah tidak sedang melempar dadu ketika menentukan liku hidup saya... ^^

1 comment:

Diah Alsa said...

cemunguuud kakaaaa *alalaa abegeehh. dilempar sandal :p

anyway keep spirit say, I know you!! fight fight ;)