Monday, March 10, 2014

The Netherlands, First Day part 1

Dalam aksen melayu yang kental,  kru pesawat Malaysia Airlines mengumumkan bahwa kami akan segera mendarat di Schipol dengan suhu 2 derajat.  Sekilas ku lihat posisi pesawat di layar,  yah posisinya tepat di atas titik merah yang bertuliskan Schipol. Krasak krusuk penumpang mulai merapikan barang bawaannya.  Aku memutuskan duduk manis dan tenang.  Toh barang bawaanku cuman tas kecil dan novel. Waktu itu jam menunjukkan pukul 6 pagi waktu Amsterdam.  Beda 7 jam dengan kendari yang saat itu pasti sudah jam 1 siang.

Aku turun dari pesawat dengan perasaan lega dan gugup.  Lega karena setelah 12 jam akhirnya bisa menapak bumi lagi,  hehhehe.  Bersama dengan ratusan penumpang lain aku bergerak menuju tempat pengambilan bagasi. Namun, ada kendala di bagian imigrasi.  Seorang petugas berbadan tegap dengan tinggi kira2 lebih dari 2 meter memintaku ikut dengannya.  Wah,  hatiku sempat ketar ketir juga.  Aku teringat beberapa cerita teman yang sempat 'nyangkut' di imigrasi ketika di luar negeri.

Celingak celinguk tidak jelas di bangku antrian, I noticed that many Asian citizen were also asked for further confirmation.  Ada sekelompok pelajar dari China yang hampir nangis menjelaskan sesuatu kepada petugas dengan bahasa Inggris yang pas-pasan,  ada seorang remaja (mungkin anak kuliahan)  dari jepang yang tampak cool dengan gadjetnya,  ada orang vietnam yang komat-kamit di telepon kantor imigrasi,  berbicara pada keluarga atau rekannya untuk datang karena ia sama sekali tak bisa bahasa Inggris maupun Belanda.  Daaaan alhamdulillah,  ternyata ada juga ternyata dari Indonesia.  Aku tahu dari namanya ketika di panggil,  Sri handayani.  Horeee aku tak sendiriiii. .

Dari pada bete menunggu panggilan,  aku memanfaatkan koneksi internet di bandara dan menghubungi temanku,  ibu ely yang sudah lebih dulu berangkat ke sini.  Aku menceritakan padanya bahwa aku telah sampai di Belanda namun trrhenti karena masalah imigrasi.  Beliau menyarankan untuk tetap santai,  yang penting surat2 lengkap semua.  Dan begitulah,  karena kartuku otomatis terkena roaming setibaya di sini,  aku memutuskan tidak menghubungi keluargaku. Lagian aku takut hanya akan menambah kekhawatiran ibuku yang memang sedari awal agak seengah hati melepasku ke sini. Hanya dengan sahabatku Aminah,  aku menumpahkan kekhawatiran. Dia dan aku berkomunikasi lewat WA,  jadi bisa gratisan,  hehheh. 

Kegiatan WAku dengan aminah terhenti saat mbak Sri keluar dari ruang introgasi.  Akupun mendekat dan memperkenalkan diri.  Mba Sri ternyata dari Bali.  Dia,  seperti juga aku baru pertamakali ke sini.  Kalau aku dalam rangka belajar,  dia dalam rangka bertemu suami yang notabene kompeni asli.  Kami pun ngobrol-ngobrol sambil menerka-nerka mengapa kami ditahan disini.  Ternyata,  tadi mba Sri juga ga dibeti penjelasan lasti mengapa ia ditahan.  Ia hanya diminta menghubungi keluarga suaminya.  Selang beberapa menit,  datanglah suami dan ibu mertuanya.  Wowww. . aku langsung disuguhi pemandangan romantis dan mengharukan.  Adegan romantisq seperti di film2, di mana mba Sri berlari ke pelukan suaminya,  berputar putar an diakhiri dengan ciuman mesra.  Awwww. . mari tutup mata. ..

Melihat pertemuan kembali keluarga itu,  akupun tahu diri.  Menjauh sedikit,  memberi ruang bagi mereka.  Dalam hati,  aku sempat sedih juga sih,  karena keluarga si Vietnam juga secara hampir bersamaan datang,  dan brpelukanlah mereka.  Si jepang dan China akhirnya 'dilepas' juga.  Tinggal aku seorang diri dalam sunyi,  tertunduk layu,  meremas jemari,  oooh Mengapah?  Mengapah?  (Lebay,  hahahah). Gag ding,  ga gitu juga kok,  karena ibu mertua mba Sri asli baik banget,  dia menyapaku dan mengajakku minum kopi bareng.  Kopinya didapat dari petugas imigrasi yang dengan ramah menawarkan kami kopi dan roti. Dari pada duduk sendiri,  akupun bergabung dan ga sampai beberapa detik kami telah larut dalam canda tawa,  hmm love is everywhere,  isnt it? Masih larut dalam obtolan hangat dengan mereka, seorang  petugas wanita menghampiriku,  katanya aku sudah bisa pergi.  Sambil merangkulku dengan hangat ia meminta maaf akan adanya ketidaknyamanan ini. Setelah pamitan dengan keluarga Mba Sri,  aku bergegas ke tempat pengambilan bagasi, hanya ada koperku yang berputar2 disitu,  yihuyyyyy aku bebaaaass...

*to be cont. ..

No comments: