Thursday, January 29, 2015

Another No

Assalamualaikum.wr.wb.

Setelah lebih dari sebulan sejak saya diwawancara via telepon oleh Sara Smith dari Mosaic International leadership Program, akhirnya hasilnya saya terima juga lewat email. Another No, hiks.

Well, sedikit banyaknya saya sedih dan kecewa. Meski pada saat wawancara saya sudah merasa kemungkinan 70% saya tidak lulus, mengingat profil alumni tahun-tahun sebelumnya memang luar biasa. Mereka adalah benar-benar salah satu putra putri terbaik bangsa yang diusianya yang masih sangat muda, telah memberikan sumbangsih yang tidak sedikit.

Hiks hiks, masih lemas saja rasanya. Satu lagi pintu tertutup. Semoga pintu lain masih ada yang terbuka, aamiin


Wednesday, January 28, 2015

End means end!

Assalamualaikum.wr.wb.

Kita tidak ingin ini berulang lagi dan lagi, kan?
Bukan hanya pria yang ucapan dan janjinya harus bisa dipegang.
Wanita juga, Rin!
Apalagi jika itu ditujukan untuk diri sendiri.
Apalagi jika itu adalah resolusi menjelang usia 30.

Monday, January 26, 2015

Ketika Sahabat Mulai Menjadi Sedikit Menyebalkan...

Assalamualaikum. wr.wb.

Oke, dari judulnya sudah keliatan kalau postingan kali ini isinya tentang ngedumel, hehehhe. So, saya lumayan dekat dengan orang ini. Bisa saya katakan sahabat lah. Beberapa hal yang sifatnya pribadi sering saya curhatkan ke dia. Dia baik, dewasa, cerdas dan sholeh. Saya menikmati saat-saat bersamanya. Karena berada dalam lingkup kerja yang sama, maka hampir tiap hari saya berinteraksi dengannya.

Tetapi, seperti halnya juga saya dan semua orang di dunia ini yang tidak sempurna, belakangan ini saya mendapati karakternya yang tidak membuat saya sebetah dulu berdiskusi dengannya. Akhir-akhir ini curhat dengannya selalu berakhir dengan "perang dingin". Mmm, pola percapakapan  kami lebih sering saya mulai bertanya terhadap sesuatu, dia menjawab, saya menyanggah, dia berkeras, dan saya mengalah. Tak jarang sebenarnya dalam perdebatan itu, saya merasa saya yang benar, begitupun sebaliknya.

Saya sebenarnya terbuka terhadap perbedaan. Namun, cara menanggapi perbedaan pendapat itu tidak mesti dengan menyatakan pihak yang berbeda salau atau berbohong. Saya fikir dia cerdas, dan setahu saya orang cerdas biasanya akan lebih arif menanggapi perbedaan. Beberapa orang cerdas yang saya kenal hampir tidak pernah menyalahkan orang lain. Biasanya mereka akan memulai mengemukakan gagasannya dengan berkata seperti ini: "mmm,, begitu ya, tapi setahu saya..." bukan malah berkata: "Ah, mustahil itu... salah itu..." Padahal, ketika saya sodorkan bukti mengenai itu, toh dia tak berkutik juga.

Sungguh, menyebalkan sekali jika dituding berbohong atas sesuatu yang benar-benar terjadi. Atau disalahkan padahal kita punya bukti autentiknya, dan kita juga tahu betul bahwa dia menyalahkan seperti itu karena dia TIDAK TAHU. Yang jadi poin adalah, ternyata dia tidak secerdas dan sebijak yang saya kira. Karena orang cerdas yang saya tahu tidak akan sembarang menyalahkan orang lain hanya karena dia memiliki pandangan yang berbeda. orang cerdas sangat paham bahawa semakin banyak dia tahu, semakin dia menyadari ada lebih banyak hal yang dia tidak tahu, dan bukan berarti yang tak diketahuinya itu otomatis salah.

Bukan salah sahabat saya sepenuhnya. Mungkin ekspektasi saya yang terlalu tinggi untuknya. Padahal saya harusnya menyadari, tidak ada orang yang sempurna. Mungkin tanpa saya sadari, dia juga menganggap saya jauh lebih menyebalkan lagi, hehehehe... Kalau mau sedikit lebih dewasa, saya sebenarnya bisa bercermin kepada dia. Dia mungkin adalah cermin yang paling jernih akan karakterku sendiri. Beberapa karakternya adalah karakterku sendiri, mungkin itulah sebabnya saya bisa nyaman berada didekatnya. Namun, dari sini saya harus belajar bahwa beberapa karakter kami tidak begitu disenangi orang lain...

Wednesday, January 21, 2015

Ketika Hati Saya Berkata: Let Him Go...

Assalamualaikum.wr.wb.

Setengah berbisik, lelaki itu melafaskan takbir kemudian diikuti membaca Surah Al-Fatiha dan Ayat Kursi, selanjutnya takbir lagi dan kemudian ruku', dan seterusnya sampai ibadah sholat magribnya ditutupnya dengan mengucap salam. Tadi itu, saya yang memang sengaja lembur, masih menatap komputer ketika tetiba pintu terbuka dan masuklah ia dengan tergesa untuk mengambil air suci dan kemudian tanpa ba bi bu langsung menghadap Sang Khalik.

Usai salamnya, dia bangkit dan bertanya, "belum pulang, Rin?' yang saya jawab "lembur, Pak". Kemudian ia mengenakan kembali kaos kaki dan sepatunya lalu pamit pulang. ketika punggungnya menghilang di balik pintu, saya berhenti menatap worksheet saya di Excel. Saya merenung setidaknya sekitar 5 menit mengenai yang terjadi barusan.

Seharusnya hal yang tadi itu adalah hal yang biasa saja. Seorang hamba adalah wajib beribadah kepada Tuhannya. Namun, saya tetap tersentuh ketika ada seorang hamba, tak peduli seberapa sangar tampangnya, seberapa cuek kelihatannya, tetap tunduk pada perintah agamanya. Saya bahagia dan bersyukur selalu dipertemukan dengan orang-orang seperti ini. Sangat nyata kasih sayang Tuhan padaku. Aku dikumpulkan dengan orang-orang yang sadar atau tidak telah membantuku terus istiqomah.

Saya lalu teringat pada rsolusi yang kubuat pada detik-detik usiaku genap 30 tahun: berhenti menunggu yang mungkin memang bukan jodoh saya, saatnya terbuka pada orang lain, yang pada waktu yang tepat, selalu menggelar sajadah menghambakan diri sepenuhnya pada Sang Pencipta. Karena itulah intinya hidup ini. Dan saya membutuhkan partner seumur hidup yang juga memiliki pandangan yang sama. So... I officially let you go, dear you...