Tuesday, July 04, 2017

Cornwall Trip (part 1)


Well, sebenarnya saat ini, aku sedang berjibaku dengan tugas. Tapi, yaaa,, seperti biasa lah ya, kalau nugas ituu bhuaanyaaaakkk banget distraksinya. Seperti sekarang ini nih, ditengah-tengah nugas malah kebelet pengen ngeblog ajah. Nah, dari pada nugas malah ingat ngeblog mending kan ngeblog sambil ingat tugas (hahahah,, ngawurrr). Kali ini aku ingin menulis tentang kisah perjalanan. Dan diantara semua cerita jalan-jalan yang berakhir di draft itu, aku memilih bercerita tentang trip ke Cornwall. Sebenarnya udah dari kemaren-kemaren gatel banget pengen posting tentang petualangan selama mendarat di Eropa sini (Euro trip dan UK trip juga), tapii... berhubung Your Majesty,  Ririn Syahriani, ini sangaaat moody, maka kebanyakan kisah itu mentok di draft, pas balik lagi pengen ngelajutin rasanya udah gak pas, hehehhe. Makanya, mumpung cerita Cornwall ini masih lumayan hangat dan ditambah masih ada videonya juga di HP, maka langsung cuzzz ajah dipost (sebelum keburu hambar lagi). So, this is it, sodara-sodara!!





"A journey is a person in itself; no two are alike. And all plans, safeguards, policing, and coercion are fruitless. We find that after years of struggle that we do not take a trip; a trip takes us."~John Steinbeck~

Travelling itu, bagiku, merupakan suatu kebutuhan. Ia sudah hampir seperti olahraga dan mandi dan gosok gigi. Bisa saja tidak dilakukan, tapi yah kau tau lah gimana rasanya jika lama tidak dijabanin. Dijamin keehatanmu akan terganggu, hehehhe.. (ini analoginya asli asal banget, :P). Dalam hal ini, aku akan sering uring-uringan, setress tidak jelas dan dilanda kebosanan akut.

Perjalanan, baik yang solo maupun bersama teman-teman, selalu mengajariku banyak hal (bukan hal hal-hal-hal, loh yaa) dan memberi kesempatan bagi diriku untuk lebih mengenal diriku sendiri. Solo travelling kadang jauh lebih menggoda karena kau bisa bebas memutuskan hendak kemana dan berapa lama, semau-mau hati. Tak perlu mengalah dengan kehendak orang lain, dan pastinya lebih punya banyak waktu untuk berfikir dan berkontemplasi. Seperti yang kubilang tadi, perjalanan itu adalah sarana mengakrabi diri sendiri, suatu hal yang mungkin akan kurang maksimal dilakukan jikau bersama orang lain.

Tapi jangan salah, group-travelling juga menawarkan banyak sekali suka-cita. Berbagi tawa, berbagi makanan dan berbagi biaya akom dan tentu saja ganti2an saling memotret (yang jika hasilnya kurang bagus kau akan tega meminta temanmu mengulangnya sampai ribuan kali demi mendapatkan hasil yang paripurna) adalah kenikmatan yang hanya kau dapatkan ketika bareng teman atau sahabat. Dalam prosesnya mungkin akan ada sedikit clash atau bete-betean dengan teman, tapi bukankah itu juga sebuah pelajaran yang bisa dipetik? Bagaimana bertoleransi, bagaimana mengesampingkan ego demi terwujudnya pengalaman nge-trip yang damai dan tentram. Biasanya, diakhir jalan-jalan bareng ini, kalau beruntung, bonding antar teman bisa menjadi leih kuat. Kau mungkin akan menemukan saudara baru, ataaaaauuu -ehm, seperti yang telah banyak terjadi- kau bakal menemukan pasangan sejiwa untuk menghabiskan masa tua bersama, hehehe.. Menurutku, dua tipe travelling ini sama asyiknya dan sama-sama menawarkan buah-buah kearifan untuk dituai dan dinikmati serta tentu saja untuk dikenang dan dibanggakan ketika tua nanti.

Bristol, Beberapa minggu sebelum Ramadhan...

Tersebutlah tiga orang pemuda(i) atas nama Ririn, Rizal dan Oji yang berkeinginan untuk menikmati summer holiday di pantainya Cornwall. Sebenarnya, cuman pengen ke Minack Theater kalau aku mah. Tetapi Oji bilang kenapa gak sekalian eksplor aja se Cornwal-nya. Aak, dipancing gini sih pasti gak nahan dong eykeh, makanya dengan semangat 45 aku dan Rizal bersorak gembira. Tadinya ini sempat cuman jadi topik basa-basi saja, tapi lalu diseriusi oleh Rizal dan Oji, jadilah kami mengatur perjalanan kami. Rencananya kan pake mobil Oji, yang notabene bisa memanpung 5 orang. kami udah bertiga, artinya masih ada dua lagi yang bisa ikut. Daaan yang bikin bahagia adalah dua pria ini menyerahkan urusan "memilih" siapa yang mau diajak ikut kepadaku. Ahahaha,, nikmatnya berkuasa (evil laugh). Orang pertama yang diajak tentu saja si Salim, secara dia udah beberapa kali nanya "kapan dong kita ke pantai?" beberapa nama sempat dicetuskan, malah Rizal sempat bilang bolehlah kita ngundang di grup. Tapiii, aku kok maunya pengen grup kecil aja ya? Maksudku tuh kalo grup kecil, bonding kita bisa lebih deket satu sama lain. The boys manut pada tuan putri dan akhirnya kita kembali ke rencana semula, small-group travelling. Trus terakhir, ternyata si Rifki juga bilang kalo pengen ikut, jadilah fix kita siap berpetualang berlima.

Itu rencananya! Tapiii grup kita bertambah besar ketika Mbak Shally, yang mendengar diskusi kami, juga pengen ikut. Mbak Shally ini sepaket sama duo krucils yang sangat adorable, Marvin and Liam. Karena tak mungkin (dan juga tak mau) menolak, maka rencana kita pulang di rombak ulang. Di UK ini, aturan berkendara sangat ketat. Anak-anak, kalau mau ikutan, harus pake seat car standar, yang artinya, mereka akan menenmpati space layaknya adults. Tak ada cerita anak kecil duduk manis dipanguan orang dewasa seperti halnya di Indo. Artinya lagi, kita butuh mobil satu lagi. Si Oji akhirnya mengajak Faiz, yang pastinya selalu sepaket sama adiknya, Rahma. Faiz membawa mobil yang isinya juga cuman bisa berlima, jadi cukuplah buat mbak Shally dan para krucils. Setelah itung-itungan perkiraan biaya, hunting akom, waktu free masing-masing personil, dll.. kami memutuskan untuk berangkat pas Ramadhan hari pertama. Kami berencana akan menghabiskan 3 hari dan dua malam di Cornwall. kenapa pas Ramadhan? Karena kami pikir kami bisa sekaligus berhemat juga karena tak perlu jajan sepanjang perjalanan... Maklumlah ya mahasiswa yang LAnya belum cair, xixixixi. Aku malah hampir tak berangkat karena masalah financial, tapi Salim bersedia nalangin dulu, hehehe. Maacih Cayiiim..Sebenarnya sempat gentar juga ketika membayangkan akan main sambil menahan lapar dan dahaga selama kurang lebih 18 jam setengah. Ini pengalaman pertama bagi beberapa diantara kami. Beruntung Oji, yang sudah berpuluh tahun menjalani puasa di sini, berhasil meyakinkan kami kalau tidak akan sengeri itu, hehehe.

Hari pertama, 27 Mei 2017.

Jam 6 teng di pagi hari, aku sama Rifki berangkat dari Deans (nama akom kami) menuju tempat Salim, lalu kemudian sama-sama ke tempat Mbak Shally, karena mau berangkat dari sana. Tapiii dasar Salim, yang susaaaah banget bangun kalo udah terlanjur tidur, kami pun dianggurin kehujanan di depan akom dia. Telepon dari aku sama Rifki tak ada yang dijawab sama sekali. Kami pun akhirnya memutuskan berangkat ke Mbak Shally lebih dulu. Oji dan Rizal sudah lebih dulu tiba di sana. Setelah  semua bekal dan barang dimasukkan, tak lama kemudian Faiz dan rahma datang (beserta segala perbekalan masakan nan lezat dari Tante yayuk, mama mereka). Salim muncul di detik-detik terakhir. Alhamdulillah kami berangkat tepat waktu, setelah sebelumnya berdoa bersama dipimpin sama om Moemoeh (Papanya Faiz). Adegan doa bersama ini, entah mengapa membuatku terharu, sakral sekali.

Perjalanan dari Bristol ke Cornwall normalnya bisa ditempuh kurang lebih tiga jam. Namun hari itu kami dihadapkan dengan macet (walau tak separah macet Indo) sehingga kami dua jam molor dari waktu yang diperkirakan. Ini karena, hari kami berangkat adalah hari pertama long summer holiday-nya UK dan rerata warga Inggris akan menyerbu daerah pantai, dan karena Cornwall ini keindahan pantainya gila banget, maka wajarlah kalau banyak sekali yang memutuskan untuk liburan di sini. Sepanjang perjalanan, mobil kami seringkali bersisian dengan karavan yang diatasnya terikat sepeda, boat, dan tenda. Wuih,, seperti beneran di luar negeri, pemirsah (ahaha.. emang elu sekarang dimana, neng?). Aku juga suka banget sama adab berkendara orang sini, tak ada cerita ngebut geje di jalan. Orang-orang saling bertukar salam (lewat tangan) ketika hendak memberi jalan kepada pengemudi lain, yang juga dibalas lambaian tangan dan senyum manis. Duh, adem deh rasanya.




Destinasi awal kami adalah St. Michael Mount. St, Michael Mount sendiri adalah sebuah pulau di agak-tengah laut, yang memiliki beberapa bangunan tua dan castle megah yang berdiri tegak di puncak bukit. Tempatnya cuantik bangeeett.. Memasuki kawasan ini, bagiku, seperti memasuki negeri dongeng. Saya membayangkan kisah pangeran dan putri dari masa lalu yang pernah terjadi di wilayah ini. Mungkin dulu, dari jendela kastil, ada seorang putri jelita sedang menunggu pangeran berkudanya berderap menujunya. Saling melempar senyum  malu-malu yang sarat akan cinta. Aaaakkk.. so sweeet... Yeah, tempat ini menawarkan imaji masa kecil yang tak pernah benar-benar hilang dari fikiranku. Rupanya sisi romantis itu tetap ada dalam diriku, hehehe..

Pada saat air pasang, cara untuk untuk mencapai kastil ini dari Mazarion Beach adalah dengan menyewa boat. Biayanya sekitar £2 sekali berangkat, artinya PP habis £4. Pada saat kami datang, air kebetulan dalam keadaan surut jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki. Ada setapak kecil di tengah laut menuju ke sana. Bau segar laut bercampur aroma rumput laut yang sedikit amis bermain-main dengan indra penciuman kami. Di beberapa sudut, boat yang berlabuh di pinggir pantai mengingatkanku akan kampung halaman. Di sisi lain, beberapa pasangan bergandengan mesra di tepi pantai. Ada juga yang berkejar-kejaran dengan anjing kesayangan mereka. Tak perlu takut kelaperan kalau berkunjung di sini, kedai makan banyak kok. Yang kuperhatikan adalah menu andalannya adalah fish and chips. Karena ini daerah pantai wajar kalau makanan yang ditawarkan tak jauh-jauh dari hasil laut. Si krucils, yang tentu saja tidak puasa sempat dibeliin emaknya makanan dari saah satu kedai ini. Looked tasty, walau menurutku sampai saat ini tak ada yang mengalahkan kuliner pantai di Indonesia. Lobster, cumi dan kepiting bakar yang dinikmati sambil minum kelapa muda segar adalah kenikmatan hakiki. Omaygatt kaan jadi pengen pulang deh kalo ingat ini niih...

Ouuchh, udah panjang aja ini postingan. Pantas capek. Sebenarnya perjalanan hari pertama kita bukan cuman ke tempat ini sih tapi juga ke Minack Theater (yang indahnya paraaaaahhh, sama ke Land's End (ujung daratan Inggris), ke Botallack Mine (reruntuhan bekas pertambangan yang lumayan besar di UK), dan akhirnya ngabuburit di city centernya St. Ives yang bersampingan dengan laut. Semuanya punya kecantikan masing-masing dan tentu saja cerita di masing-masing tempat berbeda. Satu yang sama, kami bahagia, kami merasakan kedekatan yang indah, kami sepakat ini adalah perjalanan yang sangat berharga untuk di kenang. bahkan sampai sekarang pun, aku masih suka melihat foto-foto kami, heheh.. Tempat ini kuberi bintang 4,5 dari 5 (karena tak ada yang sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT, hehehe). Saran sih, kalau ada rejeki materi dan waktu baiknya kunjungilah tempat ini.









Ini kalau air pasang, jalannya tenggelam.








Akhirulkalam, sampai di sini dulu yaaa... kisah Cornwall ini akan lanjutkan terutama yang mebahas Minack Theater dan tempat lainnya. Kita buat bersambung biar gak bosan, yess???

Ps: Demi apaaa, video yang diupload harus dari YouTube baru mau muncul. Kalo upload yang pake cara biasa ogah nongol videonyaaa T_T,,

No comments: